Selasa, 10 Februari 2009

Vandalisme

Pemilu sudah mulai dekat, Para Calon Anggota Legislatif sudah sejak lama mulai menyebar spanduk dan baliho di daerah-daerah pemilihan mereka. Hal ini tentunya memberi makna tersendiri bagi para tukang sablon dan perusahaan percetakan, baik yang berskla kecil menengah maupun yang berskala besar.

Perusahaan-perusahaan percetakan seolah berlomba dengan waktu, mereka kebanjiran order dari mulai pembuatan stiker, spanduk, kalender, sampai baliho-baliho dari yang berukuran kecil, sedang, sampai yang berukuran besar. Beberapa perusahaan percetakan menyatakan musim kampanye adalah musim panen bagi mereka. Perang tarifpun tak bisa dihindari, dengan berbagai iming-iming mereka menawarkan kelebihan-kelebihan perusahaan mereka. Berbahagialah perusahaan-perusahaan percetakan.

Di sisi lain masyarakat yang melihat hasil karya perusahaan-perusahaan percetakan tersebut mulai bingung, dengan bermunculannya produk-produk hasil percetakan mereka di tengah masyarakat. Di pasar, di persimpangan jalan, diwarung-warung bahkan di tengah sawah dan di kuburanpun masyarakat melihat banyak sekali hasil karya perusahaan percetakan dengan kalimat-kalimat yang mengatas namakan mereka, dan hebatnya lagi seolah seluruh calon anggota legislatif ini sepakat dan setuju untuk menggunakan kata ”Kemiskinan” dan ”Kesejahteraan” dalam produk-produk percetakan mereka.

Yang membuat kita merinding adalah mereka (para calon anggota legislatif) seolah tak mengerti arti estetika, etika dan arti menjaga lingkungan hidup. Yang mereka tahu hanyalah bagaimana caranya hasil percetakan mereka bisa dibaca oleh masyarakat, walau membuat pusing para pembacanya. ”Vandalisme” adalah satu kata yang biasa dilekatkan pada mereka yang suka merusak tanaman penghijauan di sepanjang jalan atau ditaman-taman dan dihutan-hutan. Kata inipun rasanya bisa diterapkan pada para calon anggota legislatif. Mengapa demikian? Kita bisa lihat dipepohonan disepanjang jalan dimanapun para calon anggota legislatif ini (atau tim suksesnya) menempel baliho-baliho mereka dengan merekatkannya ke pepohonan disepanjang jalan dengan menggunakan paku sebagai media perekatnya (Bukankah ini termasuk Vandalisme?) dimanakah letak kepedulian mereka terhadap lingkungan hidup?. Rasanya jangankan kepedulian terhadap rakyat (yang katanya akan mereka perjuangkan) kepada lingkungan hidup saja mereka tidak peduli. Wah repot juga ya ternyata menentukan calon pilihan kita? Belum jadi anggota legislatif saja sudah berani merusak lingkungan gimana kalo udah jadi? Mungkin akan lebih parah lagi merusaknya.